Sinjai, 2 Desember 2025 – Ada pemandangan berbeda pada pelaksanaan Penilaian Sumatif Akhir Semester (SAS) Ganjil di Pesantren Sains dan Teknologi Al-Madani. Tidak seperti ujian pada umumnya, pada ruang ujian kali ini tidak disiapkan kursi untuk pengawas. Selain itu, pengawas juga dilarang membawa ataupun menggunakan HP selama bertugas. Kebijakan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan dewan asatidz karena dianggap sebagai langkah tegas dan inovatif untuk memastikan profesionalitas dalam proses pengawasan.

Kebijakan tersebut bukan tanpa alasan. Pimpinan Pesantren, Nur Najman Marzuki, S.Th.I, M.A.,  menegaskan bahwa pengawas ujian memegang peran besar dalam menjaga integritas pelaksanaan evaluasi akademik. Dengan tidak adanya kursi, pengawas diharapkan aktif berkeliling, mengamati seluruh sudut kelas, dan memastikan peserta benar-benar fokus menjawab soal tanpa gangguan ataupun celah kecurangan. Larangan membawa HP pun diberlakukan untuk mencegah penggunaan gawai selama mengawas agar konsentrasi tidak teralihkan.

Tugas pengawas ujian di Al-Madani bukan hanya mengawasi ketertiban peserta. Mereka juga bertanggung jawab memastikan kesiapan ruangan, mencocokkan daftar hadir, memastikan santri mulai mengerjakan dan mengumpulkan atau mengakhiri ujian, mencatat kejadian khusus selama ujian, serta melaporkan hasil pengawasan secara tertulis ke panitia. Dengan mobilitas penuh dan perhatian tanpa distraksi, pengawas dapat lebih cepat mendeteksi indikasi pelanggaran maupun kebutuhan peserta yang memerlukan bantuan teknis, misalnya masalah Chromebook, pulpen dan kertas, ataupun nomor peserta.

Kebijakan ini telah menunjukkan manfaat sejak hari pertama ujian berlangsung. Suasana ruang ujian lebih disiplin, peserta tampak lebih waspada dan fokus, serta potensi komunikasi non-verbal antar siswa menjadi jauh lebih kecil. Para santri juga merasa lebih termotivasi untuk mengerjakan soal dengan jujur karena benar-benar terlihat, diperhatikan, dan dihargai proses belajarnya.

Dengan semangat menjaga kejujuran akademik, Pesantren Saintech Al-Madani menunjukkan bahwa integritas bukan hanya slogan, tetapi benar-benar diterapkan melalui sistem dan kebijakan yang nyata. Ujian bukan sekadar mengukur kecerdasan, tetapi juga membentuk karakter santri agar kelak menjadi pribadi ilmuwan Qur’ani yang amanah, disiplin, dan bertanggung jawab.

Bagikan :