Sinjai – Hari rabu, 7 Mei 2025, kembali menjadi hari yang penuh semangat di ruang komputer Pesantren Sains dan Teknologi Al-Madani. Suasana belajar terasa berbeda, lebih hidup, lebih interaktif, dan tentu saja lebih seru. Para santri tengah melanjutkan proyek coding bertajuk “Organism and Food”, sebuah proyek yang menggabungkan pemahaman ilmu sains dengan kreativitas dunia digital. Tak hanya bermain-main dengan kode, santri juga diajak berpikir tentang jenis makanan organik dan non-organik melalui pendekatan yang menyenangkan.

Proyek ini menjadi bagian dari pembelajaran interdisipliner antara sains dan teknologi. Santri tidak hanya mempelajari materi secara teori, tetapi langsung mengimplementasikannya ke dalam sebuah permainan edukatif berbasis coding. Mereka mengenal dan membedakan makanan organik, seperti sayur dan buah alami, dengan makanan non-organik seperti makanan olahan, melalui simulasi interaktif yang mereka rancang sendiri.

Dalam proyek ini, santri menggunakan konsep Device Input II – Keyboard, yaitu teknik pemrograman di mana sprite atau karakter digital bisa digerakkan menggunakan tombol keyboard. Tugas sprite cukup sederhana tapi menantang, yaitu menemukan dan memakan makanan yang termasuk dalam kategori organik. Setiap gerakan sprite, setiap suara gigitan, menjadi simbol dari keberhasilan para santri dalam menerapkan logika pemrograman dan pemahaman sains secara bersamaan.

Hal yang membuat proyek ini semakin menarik, santri berhasil menyelesaikan seluruh code block untuk empat sprite yang berbeda dengan sangat baik. Masing-masing sprite memiliki fungsi dan karakteristik unik, dan semuanya telah diprogram dengan logika yang tepat dan efisien. Tidak hanya itu, para santri tampak sangat aktif berdiskusi dan membantu satu sama lain. Kreativitas mereka muncul dalam desain sprite, pemilihan warna, dan alur permainan yang disusun.

Hasil akhirnya benar-benar memuaskan. Proyek berjalan sempurna tanpa kendala teknis yang berarti. Sprite dapat digerakkan dengan mulus, dan bisa mengenali serta “memakan” objek organik sesuai instruksi kode. Selain keberhasilan teknis, proyek ini juga menjadi wadah tumbuhnya rasa percaya diri dan kebanggaan santri terhadap karya digital mereka sendiri. “Ternyata belajar coding itu nggak sesulit yang dibayangkan, malah seru” ungkap salah satu santri sambil tersenyum puas.

Dengan kegiatan seperti ini, Pesantren Al-Madani membuktikan bahwa dunia pesantren bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai utama pendidikan. Belajar sains tidak harus membosankan, dan belajar coding tidak harus rumit. Ketika keduanya dipadukan dengan pendekatan proyek yang menarik, hasilnya bisa luar biasa: santri yang berpikir kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Bagikan :