Sinjai – Senin, 12 Mei 2025, suasana berbeda tampak di Ruang Laboratorium Komputer Pesantren Sains dan Teknologi Al-Madani Sinjai. Sejak pagi, santri kelas 7 berkumpul mengikuti kegiatan Pelatihan Jurnalistik Santri, sebuah program literasi yang dirancang untuk membekali para santri dengan keterampilan dasar dalam dunia jurnalistik dan media massa.
Kegiatan ini dimulai pukul 08.00 WITA dan berakhir pada pukul 14.30 WITA, dengan menghadirkan tiga pemateri dari latar belakang berbeda namun saling melengkapi: Sirajuddin, S.Sos, jurnalis Harian Fajar yang telah berpengalaman di dunia pers; Amrullah, S.Pd, guru Bahasa Indonesia sekaligus pembimbing literasi santri; serta Nur Najman Marzuki, M.A, Pimpinan Pesantren Al-Madani yang juga seorang akademisi dan pemerhati pendidikan media.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Pimpinan Pesantren, Nur Najman Marzuki, M.A., yang menyampaikan pentingnya santri memahami dan menguasai dunia media. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa penguasaan media adalah kunci untuk memengaruhi peradaban.
“Santri harus melek media. Bukan sekadar bisa menulis, tapi mampu membingkai narasi kebenaran di tengah derasnya arus informasi. Dengan menguasai jurnalistik, dunia bisa berada dalam genggaman kita.”
Pernyataan ini menjadi pembuka yang menginspirasi para peserta untuk mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dengan semangat belajar yang tinggi.
Materi Dasar Jurnalistik: Mulai dari Nol
Materi pertama disampaikan oleh Amrullah, S.Pd, yang membawakan topik Pengenalan Dasar Jurnalistik. Ia memaparkan definisi jurnalistik, fungsi dan peran media, unsur 5W1H dalam penulisan berita, serta etika jurnalistik. Sesi ini bertujuan memberi fondasi kepada peserta agar memahami cara kerja jurnalis secara umum.
Amrullah juga memberikan contoh-contoh berita dan meminta peserta menganalisis struktur penulisan serta mengidentifikasi elemen penting dalam sebuah berita. Peserta kemudian diajak mencoba membuat lead berita singkat berdasarkan peristiwa di sekitar mereka.
Sesi kedua diisi oleh Sirajuddin, S.Sos, jurnalis aktif dari Harian Fajar, Makassar. Dalam materinya yang bertajuk Menulis Berita, Reportase Lapangan, dan Teknik Wawancara, ia berbagi pengalaman langsung dari lapangan serta kiat-kiat jitu dalam mengumpulkan informasi.
Sirajuddin menjelaskan tahapan peliputan, cara membangun angle berita, hingga cara menggali informasi saat wawancara narasumber. Ia juga menyampaikan tips menghadapi narasumber yang sulit bicara, serta pentingnya menjaga integritas sebagai jurnalis.
“Menulis itu bukan hanya tentang merangkai kata, tapi tentang membangun kepercayaan pembaca atas apa yang kita sampaikan. Berita harus jujur, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya.
Sesi ini ditutup dengan praktik lapangan singkat, di mana peserta diminta menyusun naskah berita pendek berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
Buletin Santri: Ruang Kreasi dan Dakwah Santri
Pada sesi terakhir, Nur Najman Marzuki, M.A. kembali tampil memberikan materi bertajuk Membangun Buletin Santri. Beliau menyampaikan bahwa pesantren membutuhkan media internal sebagai wadah ekspresi, komunikasi, dan dokumentasi kegiatan santri.
Dalam sesi ini, peserta dikenalkan dengan struktur dasar buletin, jenis-jenis rubrik yang bisa dibuat (seperti opini, berita kegiatan, tokoh santri, cerpen, puisi, dsb), serta bagaimana membentuk tim redaksi dari kalangan santri sendiri.
Pimpinan pesantren ini juga mengarahkan agar hasil pelatihan ini ditindaklanjuti dengan penerbitan edisi perdana buletin santri Al-Madani dalam waktu satu bulan ke depan.
Kegiatan pelatihan ditutup dengan refleksi bersama dan rencana tindak lanjut. Para peserta tampak antusias dan termotivasi untuk menerapkan ilmu yang telah mereka terima. Beberapa peserta bahkan telah mulai menyusun draft berita sejak sesi kedua.
Dengan kegiatan ini, Pesantren Saintech Al-Madani menunjukkan komitmennya dalam membina santri tidak hanya sebagai penghafal dan pemelihara ilmu agama, tetapi juga sebagai insan literat yang kritis, kreatif, dan mampu berdakwah melalui media.